Biostay, Styrofoam Singkong Karya Mahasiswa Unpad

eksposbandung – Dua mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) menciptakan Biostay, kemasan ramah lingkungan yang dirancang untuk menggantikan penggunaan styrofoam konvensional.

Diah Nur Oktavia dan Hasya Zafira, mahasiswa D4 Teknologi Industri Kimia Fakultas MIPA Unpad, menghasilkan inovasi ini sebagai solusi terhadap limbah plastik sekali pakai yang sulit terurai.

Bahan dari Limbah Kulit Singkong dan Sekam Padi

Diah menjelaskan bahwa ia dan timnya mengembangkan Biostay sebagai biopackaging berbasis selulosa dari limbah kulit singkong dan sekam padi, dengan tambahan formulasi antioksidan dari kulit jeruk.

“Kan kalau styrofoam itu sulit terurai, jadi kami berinovasi dengan memanfaatkan limbah organik yang berlimpah di berbagai daerah di Indonesia,” ucap Diah.

Ia menambahkan bahwa mereka menggunakan bahan-bahan seperti kulit singkong, sekam padi, dan kulit jeruk yang mudah ditemukan di sekitar.

Baca Juga: Bullying Brutal di Ciparay, Keluarga Korban Diperiksa

Melibatkan Warga Lokal dalam Produksi

“Kami sebelumnya melakukan riset untuk bahan-bahan limbah organik ini sebelum akhirnya dapat memproduksinya menjadi Biostay,” jelas Diah, mahasiswa asal Boyolali, Jawa Tengah.

Diah juga menyebutkan bahwa mereka tidak menghadapi kendala selama proses riset dan produksi. Bahkan, mereka melibatkan warga sekitar dalam pengumpulan bahan dan proses produksi.

“Untuk kulit singkong, kami mendapatkannya di sentra produksi peuyeum (tape) di Desa Ciptasari, Pamulihan, Sumedang. Kami juga mengajak warga sekitar dalam proses produksinya,” ungkapnya.

Produksi Masih Manual, Optimistis Menuju Skala Industri

Hasya, mahasiswa asal Depok, menambahkan bahwa saat ini produksi Biostay masih dilakukan secara manual dan terbatas berdasarkan pesanan, sehingga harganya masih lebih tinggi dibanding styrofoam.

Namun, setelah mereka meraih juara 3 dalam ajang Green Scientific Competition yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian, Hasya optimistis bahwa Biostay bisa diproduksi secara massal.

“Mudah-mudahan ke depan ada pelaku industri besar yang melirik hasil inovasi kami ini, agar bisa diproduksi dengan mesin dan menggantikan peran styrofoam,” harap Hasya.

Dukungan dari Kementerian Perindustrian

Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menyatakan dukungannya terhadap inovasi industri hijau yang lahir dari kalangan kampus.

“Saat ini, Kemenperin fokus pada pengembangan industri hijau dan saya percaya, industri ramah lingkungan harus dimulai dari kampus,” ujar Faisol.

Ia berharap para pelaku industri bisa melirik inovasi seperti Biostay agar tidak berhenti setelah kompetisi, tetapi berlanjut ke tahap produksi industri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *