Eksposbandung – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Bandung secara tegas menyatakan boikot terhadap Kongres GMNI ke-XII. Dalam pernyataan resminya, GMNI Bandung menilai organisasi secara substansi ideologis telah “meninggal dunia”.
Pernyataan keras tersebut disampaikan dalam rilis pers yang diterbitkan Kamis (17/7/2025). GMNI Bandung menyoroti terjadinya krisis internal akibat merajalelanya pragmatisme dan oportunisme di tubuh organisasi, yang dinilai telah melumpuhkan ruh perjuangan, idealisme, dan keberpihakan terhadap kaum marhaen—nilai-nilai dasar ajaran Bung Karno.
“Kami melihat bahwa GMNI telah kehilangan arah. Ideologi Marhaenisme kini hanya menjadi slogan kosong yang diulang-ulang di forum-forum seremonial, namun tak tercermin dalam praktik organisasi sehari-hari,” tegas GMNI Cabang Bandung.
Baca Juga: GMNI Cabang Bandung Desak Pembaruan Organisasi, Tolak Kepemimpinan Ganda dan Kongres Ilegal
Mereka mnyatakakn bahwa GMNI kini lebih cenderung merapat kepada kekuasaan demi keuntungan politik jangka pendek. Sikap kritis organisasi dianggap tumpul, sementara semangat pengabdian kepada rakyat kecil digantikan oleh ambisi kader yang menjadikan GMNI sebagai batu loncatan politik pribadi.
“Kader lebih sibuk mengubah GMNI menjadi CV politik untuk mengejar jabatan,” lanjut pernyataan tersebut.
GMNI Bandung juga menyebut bahwa pendangkalan ideologi terjadi secara masif. Tiga prinsip trisula perjuangan—Sosio-nasionalisme, Sosio-demokrasi, dan Ketuhanan Yang Berkebudayaan—dianggap telah ditinggalkan demi manuver politik praktis yang tidak berakar pada perjuangan rakyat.
Meski demikian, GMNI Bandung menegaskan bahwa pernyataan ini bukan sekadar ratapan, melainkan seruan darurat untuk melakukan introspeksi massal.
“Kami menyerukan perlunya merebut kembali GMNI dari cengkeraman kaum oportunis. Kaderisasi ideologis harus diperkuat, kemampuan berpikir diasah, dan keberpihakan kepada kaum marhaen dibuktikan melalui kerja nyata,” pungkas mereka.
GMNI Bandung menutup pernyataannya dengan peringatan keras: jika kondisi ini terus dibiarkan, maka GMNI hanya akan menjadi “nisan” dari sebuah gerakan yang pernah berjaya, namun akhirnya mati karena mengkhianati perjuangannya sendiri.